Pesan Terakhir Otou-san



 oleh :  Jane Patricia


“Otou-san, otou-san bangun! Hidung otou-san kenapa?”
Saat aku masuk ke kamar otou-san. Aku terkejut, hidung otou-san mimisan. Aku mengambil tisu di sebelah otou-san, mimisan otou-san tak kunjung berhenti. Akhir-akhir ini otou-san sering kali mimisan. Mungkin otou-san lelah karena sering lembur beberapa hari ini.
“Jishima-chan, Hayaku!” Otou-san sudah siap mengantarku ke sekolah. “Hai, Otou-san.” Jawabku. Tiada kegembiraan selain tersenyum menuju sekolah untuk mengobrak-abrik ilmu. “Jishima-chan, nanti kau pulang jalan kaki ya! Otou-san tidak bisa menjemputmu.” Otou-san memang sibuk setiap hari-hari kerja. Pantas saja! Gaji otou-san cukup memuaskan.
Tilililit….. tilililit…. Telepon rumahku berdering. Okaa-san menankat teleponnya. Brukk… gagang telepon terjatuh dari gengaman Okaa-san. Aku yang melihatnya, bertanya-tanya dalam lubuk hatiku. Ada apa? Apa yang terjadi? Mata Okaa-san menetekan air mata. Seenarnya aku ingin bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Tapi sepertinya aku haru menahannya. Okaa-san mendekapku dengan erat. Tangisan ibu semakin mengalir. Aku memberanikan diri. “Okaa-san, ada apa dengan teleponnya?” Okaa-san hanya diam, mengelus-elus kepalaku.
2 hari tanpa otou-san, rasanya sepi sekali rumah ini. Otou-san dirawat di RS. St. Mariana. Hari ini, otou-san akan pulang! Aku senang sekali. Aku sangat dekat dengan otou-san. Hal apapun yan terjadi di sekolah, aku selalu bercerita kepada otou-san juga okaa-san. “Okaa-san, otou-san sakit apa?” tanyaku. “Otou-san baik-baik saja. Hanya kelelahan saja!” jelas Okaa-san. Onii-chan sedang kuliah di Tokyo. Semenjak tau Otou-san masuk rumah sakit. Onii-chan pulang ke Yokohama. Okaa-san sedang bersiap-siap, merapikan pakaian otou-san karena sebentar lai kami akan kembali ke rumah.
“Rambut otou-san kok rontok?” Pertanyaan ini sudah lama ingin ku tanyakan pada otou-san, tapi aku tidak berani. Baru sekarang aku berani menanyakannya. “Otou-san terlalu pusing memikirkan pekerjaan. Jadi, rambut otou-san rontok.” Aku tahu sebenarnya otou-san berbohong tapi aku tidak tahu kenapa rambut otou-san rontok.
“Itadakimasu!” Otou-san bereru. Kami pun ikut berseru. Sudah selesai makan malam, kami menyantap pudding buatan okaa-san. Aku melihat setumpuk obat-obatan yan dibawa okaa-san untuk otou-san. Aku tertegun. Begitu banyak obat yang harus otou-san minum agar penyakitnya sembuh. Ntah, apa penyakit yang diderita otou-san.
Hari terus berlalu… Hampir setiap hari otou-san mimisan jika tidak meminum tumpukan obat itu. Onii-chan memutuskan untuk pindah kuliah ke Yokohama untuk merawat otou-san. Sekarang bukan otou-san lagi yang menantar-jemputku tapi onii-chan. Rasa penasaranku semakin besar. Hingga suatu hari….





Otou-san koma di rumah sakit. Okaa-san terus-menerus menangis di hadapan otou-san. Aku bertanya pada onii-chan. “Onii-chan, otou-san sakit apa?” Onii-chan hanya diam. Terdiamm.. Suasana yang tadinya ramai, tiba-tiba senyap. Onii-chan mulai bicara. “Sebenarnya…” . “Sebenarnya otou-san mengidap kanker darah!” Aku terkejut. Aku berlari menuju taman di rumah sakit itu. Onii-chan memelukku, menusap-usap kepalaku dan menghapus air mataku. “Tidak apa-apa. Otou-san pasti akan baik-aik saja! Doakan saja ya!” Onii-chan ikut menangis. Aku hanya mengangguk.
Besok, aku akan ikut olimpiade matematika. Aku berjanji akan memenangkan olimpiade itu. Otou-san sudah siuman. “Ganbatte kudasai, Jishima-chan!” otou-san sanat bersemangat. Aku tahu otou-san akan selalu mendoakanku. Besok, aku akan diantar onii-chan.
Hari ini, tiba juga. Aku sudah siap. Onii-chan jua sudah siap. Sebelum ke tempat olimpiade, aku pergi ke rumah sakit. Meminta do’a restu dari orang tua. Seperti pernikahan saja ya!


 


Kali ini, kali pertama. Aku mengikuti olimpiade matematika. Aku harap, aku bisa memenangkan olimpiade ini. Aku menjawab semua pertanyaan dengan benar kecuali satu soal yang tidak ku temui jawabannya. Aku sangat menyesal tidak menemukan jawabannya. Aku berpesismis sekali.
“Ini dia, Juara Umum dari Olimpiade Matematika tahun 2015.” Pembawa acara itu membuat jantungku berdebar-debar. “Jishima Ai dengan total nilai 99.” Aku tidak percaya bisa memenangkan Olimpiade Matematika ini. Wajah onii-chan sanat bangga.
Pulang dari Olimpiade. Aku berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Berharap otou-san akan menjadi lebih baik jika melihat apa yang ku bawa. Sebuah piala. Tapi duagaanku salah.
“Otou-san?” Aku bertanya-tanya. Ada apa? Kenapa semua sanak keluarga mengelilingi tempat tidur otou-san? Saat aku mendekati otou-san. Otou-san sedang tertidur nyenyak. Nyenyak sekali. Tapi kenapa yang lain menangis. Aku memanggil otou-san. “Otou-san.. otou-san… otou-san bangun!” bentakku sambal memegang erat tangan otou-san. Okaa-san memelukku dan berkata, “Otou-san telah tiada, nak!” ucap okaa-an sambal berderai air mata. “Otou-san menitipkan surat untukmu dan Yoshi-kun.” Tanteku memberikan sepucuk surat untukku dan onii-chan dari otou-san. Aku dan onii-chan menangis saat membaca surat dari otou-san.
Jishima-chan, Yoshi-kun. Terus lanjutkan hidup kalian!
Berjuanlah! Otou-san akan selalu berada di samping kalian!
Di pemakaman, air mataku sudah habis. Aku tidak bisa menangis lagi. Seperti pesan otou-san, aku harus melanjutkan hidup!                    

Rindu
Malam terus tenggelam
Semilir angin menyentuh perasa
Seberkas cahaya bulan bersinar
Menggantung harapan pada bintang
Malam menggulita
Angin terus berembus
Jago merah menguap
Berkoar menjalar perasa
Lisan tak bisa berkata
Malam semakin turun
Angin semakin berlalu
Salju turun memutih
Meredam merah
Tak punya banyak kata
Ku merindu…
Rindu yang menggebu     

March 28, 2015
Jane Patricia

Comments

Unknown said…
Ada puisi tambahan... Ga dibaca gpp kok friend...

Salam kenal yakk....
Trimakasih sudah mau mampir di blogku.. ^_^

Popular Posts