Wahai Hati Yang Kelam
Desiran debu teruntai angin
Tak nampak bahkan terasa
Hati yang selalu menanti di kemudian hari
Terhempas terbawa ombak
Membenci angkasa dan bulan
Merujuk kepada lautan
Lautan yang tenang dan sepi
Bayangannya …
Selalu menghantui bumi yang kelam
Menunggu kesadaran pada hati nurani
Tapi memang kepolosan selalu menutupi segala harapan
Menganggap segala hal adalah debu yang tak berarti
Ahkan hingga hujan turun dengan derasnya
Itu sama sekali tidak sungguh sungguh berarti….
Segala sesuatu telah berubah sedemikian rupa
Bumi tak pernah menghalangi umatnya untuk memotret bulan
Tapi bukankah lebih indah dengan matahari?
Bangkitlah, wahai kekelaman hati!
Masih banyak hal yang harus kau hadapi
Lupakan sejenak masalah tentang nya
Melanjutkan dayungan ke ujung bumi
Itu lebih indah….
Oleh: Miftahul Nurul
Comments